Kamis, November 13, 2008

Doa Untuk Cinta

Tuhan Yesus,
Saat aku MENYUKAI seorang TEMAN
Ingatkanlah aku bahwa akan ada sebuah AKHIR
Sehingga aku tetap bersama YANG TAK PERNAH BERAKHIR

Tuhan Yesus,
Ketika aku MERINDUKAN seorang KEKASIH
RINDUkanlah aku kepada dia yang RINDU CINTA SEJATIMU
Agar keRINDUanku terhadap-Mu semakin BERTAMBAH

Tuhan Yesus,
Jika aku hendak MENCINTAI seseorang
Temukanlah aku dengan orang yang MENCINTAIMU
Agar bertambah KUAT CINTAKU padaMU

Tuhan Yesus,
Ketika aku sedang JATUH CINTA
Jagalah CINTA itu
Agar tidak meLEBIHi cintaku PADAMU

Tuhan Yesus,
Ketika aku berucap AKU JUGA CINTA PADAMU
Biarlah kukatakan kepada yang HATINYA TERPAUT padaMU
Agar aku TAK JATUH dalam CINTA yang bukan KARENAMU

Tuhan Yesus,
Ketika aku berirkrar AKU AKAN SETIA sampai maut memisahkan

Biarlah kuNYATAkan kepada dia yang MENGGENAPKAN visiMu atas hidupku

MENCINTAI seseorang BUKANLAH APA-APA
DICINTAI seseorang adalah SESUATU
DICINTAI oleh orang yang KAU CINTAI sangatlah BERARTI

Tapi lebih dari yang itu ingatlah..
DICINTAI oleh SANG PENCIPTA adalah SEGALANYA

Miliki kerinduan untuk MENCINTAI YESUS lebih
Dari SEGALA yang ada padamu
TETAP SETIA sampai pada akhirnya

Aku .. Untuk.. Kamu

E-mail From My Friend: Eni Eko Dasaningsih

Siapa Yang Salah??

Siapa Yang Salah??

Manusia di dalam pribadi yang utuh memiliki pikiran, perasaan dan kehendak. Semuanya itu merupakan satu kesatuan yang harus seimbang di dalam pribadi seseorang. Apabila salah satu dari ketiga elemen tersebut tidak memiliki keseimbangan yang mantap dan saling menopang, maka akan terjadi yang kedisharmonisan dalam pribadi tersebut.
Ada seorang anak yang terlibat dalam kenakalan remaja. Dia harus mendekam di dalam penjara anak nakal karena perbuatannya yang dianggap merugikan banyak orang. Di satu sisi orang melihatnya sebagai “pribadi” anak yang nakal. Namun jika ditelusuri secara teliti di dalam pribadi anak itu tidak memiliki keseimbangan yang mantap antara pikiran, perasaan dan kehendak.
Sejak dari kecil di dalam kehidupan orang tuanya (papa dan mamanya) dia tidak melihat suatu contoh yang baik untuk diteladani. Secara materi memang dia berlebih, namun secara psikis tidak mendapat keutuhan yang sempurna sebagaimana yang seharusnya didapatkan oleh seorang anak di masa kecil.
Belaian dan sapaan yang tulus merupakan salah satu bagian dari penerimaan orang tua yang anak dapatkan. Anak melihat orang tua sebagai GURU yang dapat digugu dan ditiru (dipercaya dan diteladani). Orang tua harus secara langsung menjadi “KURIKULUM” yang tepat dan benar bagi anak. Kenyataan yang ada, perhatian, kasih sayang dan penerimaan yang tepat dan tulus dari orang tua dirasakan secara mendalam dalam kehidupan pribadi seorang anak. Hal itulah yang dapat membuat pikiran, perasaan dan kehendak anak memiliki keseimbangan yang mantap, tidak goyah dan tidak mudah terombang-ambing dengan suatu kebiasaan yang buruk yang ada di sekitarnya.
Apabila dalam pribadi anak memiliki keseimbangan yang mantap dari ketiga elemen ini, niscaya dia akan memiliki kehidupan yang mantap untuk dijalani, dan orang tua dapat dikatakan sudah menimba keberhasilan 50% dalam membina anak menjadi pribadi yang matang dan dewasa. Bukan dewasa secara usia namun lebih lagi secara psikis.
Dari kisah anak di atas, orang tua tidak menjadi “KURIKULUM” yang tepat dan benar sehingga di dalam diri anak tersebut tidak memiliki tempat untuk berpijak pada jalan yang benar. Pikiran, perasaan, dan kehendaknya tidak memiliki keseimbangan sehingga ketika beban pikiran dan perasaan memuncak dia melakukan kehendaknya secara tidak tepat, terjerumus ke dalam kenakalan remaja, dan harus berakhir di penjara anak-anak nakal.
Pertanyaannya... Siapa yang salah... orang tua atau anak???