Kamis, September 25, 2008

Katakan Terima Kasih

Hore,
Hari Baru!
Teman-teman.

Anda tentu masih ingat tentang frase `tidak tahu terimakasih' . Sebuah 
sebutan yang biasa kita gunakan untuk menggambarkan mereka yang 
melupakan orang-orang yang telah berjasa kepadanya. Tentu, ini bukan 
karena mereka tidak tahu bahwa seharusnya mereka berterimakasih, 
tapi; egonya terlampau besar untuk bisa mengakui hal itu. Lagi pula, 
mengapa harus berterimakasih jika hal itu justru akan menunjukkan 
seolah-olah kerberhasilan yang selama ini kita raih itu bukan dari 
hasil usaha kita sendiri. Padahal, sesungguhnya yang namanya `hasil 
usaha sendiri' itu tidak ada. Hanya gara-gara anda membeli sendiri 
sayur ke pasar. Lalu mencuci. Dan kemudian memasaknya hingga matang. 
Anda tidak bisa serta merta menganggap bahwa anda menyediakan makanan 
itu sendiri. Memangnya, siapa yang bersedia belumur lumpur untuk 
menanam benih sayuran itu ketika masih berupa biji-bijian. Siapa yang 
bersedia membebani pundaknya membawa sayuran itu dari tengah sawah 
menuju kepasar didekat rumah? Dan siapa yang sudah memeras keringat 
memasangkan saluran air untuk mencucinya dipancuran keran air rumah 
kita?

Seorang sahabat bercerita tentang temannya dimasa lalu. Disaat 
segalanya masih serba alakardarnya, konon dialah yang memberikan 
bantuan ini dan itu kepada sang sahabat. Bahkan, ketika sahabatnya 
tidak memiliki sedikitpun makanan untuk disantap; dialah yang 
bersedia berbagi bekal untuk dinikmati bersama-sama. Ketika 
sahabatnya tengah sakit, dialah yang membawanya kedokter dan 
membelikan obat. Bertahun-tahun kemudian, sahabatnya sudah menjadi 
orang sukses. Jauh lebih sukses dari dirinya. Ketika baru-baru ini 
mereka kembali saling jumpa, segalanya sudah sangat berbeda. 
Kejadiannya agak kurang menyenangkan sehingga dia berkata dalam 
hatinya;'haruskah aku mengingatkannya tentang kebaikan-kebaikanku 
dimasa lalu?" Saya bertanya; `untuk apa?' Dia berkata;"Untuk 
mengingatkan bahwa dia tidak akan pernah jadi orang kalau dulu tidak 
ada yang menolongnya! " Matanya melotot; "Dan itu adalah AKU!" 
lanjutnya.

Semakin kita menyadari bahwa kita ini tidak bisa hidup sendiri, 
selayaknya semakin kita sadari bahwa diluar diri kita, begitu banyak 
peran yang dimainkan oleh orang lain. Ada peran orang lain dalam 
sukses kita. Ada peran orang lain dalam sehat kita. Ada peran orang 
lain, dalam segala kenikmatan hidup kita. Tapi, kadang kita lupa akan 
semuanya itu. Kita masih suka mengira bahwa meskipun kita ini mahluk 
sosial. Mahluk yang hanya bisa meraih kesempurnaan hidup jika dan 
hanya jika berinteraksi dan saling mengisi dengan orang lain. Namun, 
kita suka berkata;"ini adalah hasil kerja keras dan jerih payah 
gue!" Kita lupa, bahwa ada kontribusi orang lain ketika 'sang gue' 
bekerja keras dan berjerih payah. Seorang atasan yang sukses, lupa 
bahwa kesuksesannya sangat ditentukan oleh kontribusi para bawahan. 
Seorang bawahan yang sukses, berkata; "Lihatlah, tanpa atasan gue, 
gue bisa berhasil juga." Kita, kadang-kadang mengingkari 
kemahluksosialan kita sendiri. 

Kata terimakasih memiliki dimensi vertical, juga horizontal. Secara 
horizontal, dia merupakan mantra yang paling ampuh untuk menarik 
energi positif mendekat kearah kita. Ketika kita mengucapkan 
terimakasih kepada orang yang telah berbuat kebaikan kepada kita 
misalnya; maka energi yang keluar dari kata terimakasih itu 
memberikan vibrasi positif yang membangkitkan kenikmatan disekujur 
tubuh orang yang ditujunya. Tepat disaat mendengar ucapan 
terimakasih dari kita; dia merasa bahagia. Dan perasaan bahagia itu 
menghubungkannya dengan penemuan bahwa; ternyata berbuat baik kepada 
orang lain itu rasanya membahagiakan. 

Itulah sebabnya mengapa orang yang telah berbuat kebaikan secara 
tulus. Lalu, diberi ucapan terimakasih secara tulus pula cenderung 
untuk melakukan kebaikan yang lebih banyak. Dan hal ini merupakan 
satu pertanda lain bahwa kebaikan itu menimbulkan ketagihan. Artinya, 
orang-orang yang sudah merasakan betapa indahnya berbuat kebajikan 
cenderung untuk mencari keindahan lain dengan cara berbuat kebajikan 
lain. Semakin indah. Semakin nikmat. Semakin bersemangat. Sehingga, 
kebaikan terus meluncur dari jemari tangannya. Laksana mata air yang 
tidak pernah kering.

Jika kita ingat bahwa Tuhan memberikan pahala kepada orang yang 
berbuat baik, maka pastilah kita ingat pula bahwa semakin banyak kita 
berbuat baik, semakin banyak pula pahala yang Tuhan berikan. Jadi, 
jika kita semakin bersemangat untuk berbuat kebaikan karena orang 
berterimakasih pada kita, sesungguhnya yang diuntungkan adalah kita. 
Sebab, dengan ucapan terimakasih orang itulah kita akhirnya berbuat 
kebaikan lain. Dan mendapatkan pahala lain dari Tuhan. Jadi, jika 
kita yang untung gara-gara termotivasi oleh orang yang mengucap 
terimakasih kepada kita; siapa sesungguhnya yang paling berjasa 
diantara kita? Siapa yang paling pantas untuk berucap terimakasih? 
Mereka yang yang kita tolong? Ataukah kita yang menjadi semakin 
terdorong? Jangan-jangan, kitalah yang harus berterimakasih itu….

Secara vertical, kata terimakasih memiliki makna yang khusus pula. 
Lagipula, bukankah memang sudah sepantasnya kita berterimakasih 
kepada Tuhan? Sebab tidak ada satupun peristiwa yang terkait dengan 
kita tanpa campur tangan Tuhan. Telinga kita, mata kita, tangan kita, 
jiwa, bahkan hidup kita seluruhnya adalah bukti nyata bahwa 
terimakasih kita kepada Tuhan bisa menjadi tiada berbatas. Makanya, 
pantaslah jika Dia berkata: "Jika engkau menghitung-hitung nikmatKu, 
maka pastilah engkau tidak bisa menghitungnya. " Sampai disini, 
kalimat itu masih tidak bisa dibantah. Sebab, memang nikmat Tuhan itu 
begitu melimpah. Sehingga kita tidak mungkin menghitung dan 
menginventarisirnya satu demi satu. Lagipula, mengapa kita harus 
menghitungya? Lebih baik mensyukurinya saja. Sebab, konon, Tuhan juga 
mengatakan bahwa; "Sesungguhnya, jika kamu bersyukur; maka Aku akan 
menambahkan kenikmatan yang disyukuri itu berkali-kali lipat....."

Hore,
Hari Baru!
Dadang Kadarusman
http://dkadarusman. blogspot. com/
http://www.dadangka darusman. com/ 

Catatan Kaki: 
Kadang kita mengharapkan orang lain mengucapkan terimakasih kepada 
kebaikan-kebaikan yang kita lakukan untuk mereka. Namun, kita sering 
lupa bahwa kitalah yang sesungguhnya harus berterimakasih atas 
kesediaan mereka menerima apa yang kita lakukan untuk mereka.

Tidak ada komentar: